Prolog
Masih ingat kisah ‘Bukan Putri Salju dan 7 Kurcaci’? Ya, ini adalah sekuel dari kisah si Putri Salju. Tapi tenang aja, kali ini kalian beruntung. Kali ini yang dikisahkan adalah salah seorang sahabatnya si Putri, bukan lagi mengenai balada romantika si Putri Salju. Kalau kalian memang sudah baca kisah sebelumnya, tentu kalian tahu kalau Putri punya tujuh sahabat. Nah ini adalah kisah salah satu sahabatnya yang konon suatu saat nanti akan sukses menjadi seorang auditor senior di Kantor Akuntan Publik terkemuka (amin). Mari simak baik-baik, siapkan tisu secukupnya kalau-kalau kalian memang sedang galau karena kantong kering atau kucing kalian belum bisa diajak senyum. Terima kasih untuk segala pihak yang, baik sadar maupun belum sadar, telah memberi inspirasi secara cuma-cuma untuk penulisan kisah ini. Sekali lagi penulis ingatkan bahwa ini adalah fiksi semata, jangan merasa ke-geer-an atau malah tersinggung kalau merasa kisah ini mirip-mirip sama kehidupan pribadi pembaca sekalian, atau bahkan seseorang yang kalian kenal. Jangan lupa, kritik dan saran selalu ditunggu.
Kisah
Putri Salju yang tenar dan tidak suka berbuat onar itu konon punya seorang sahabat. Bukan, namanya bukan Upik Abu. Namanya adalah Cinderella. Ia memang besar di Jepang, sama halnya dengan Putri. Namun, orang tuanya asli dari Indonesia, dan ia lahir di Barat sana, bukan di Timur, makanya namanya pun asing begitu. Kita tidak sedang membahas asal-usul namanya yang aneh dan langka begitu, sayangnya, namun yang akan dibahas di sini adalah kisah mengenai Cinderella dan 7 sepatunya. Jadi, lupakan kisah Cinderella yang kuno di mana ia hanya punya sepasang sepatu, itu pun hasil sihiran sang peri baik hati, dan hilang sebelah pula! Cinderella yang satu ini cukup lebih beruntung dengan pengalamannya sejauh ini bersama tujuh puluh pasang sepatu! Ya, Cinderella punya masalah dengan sepatu sepanjang hidupnya, jadi tak perlu heran bahwa jumlah sepatu yang telah menjadi korban kakinya sejauh ini sudah mencapai 70 pasang sepatu. Satu-satunya kemiripan antara Cinderella yang ini dengan Cinderella masa lampau adalah bahwa keduanya punya jam malam. Bahkan Cinderella yang satu ini lebih malang nasibnya karena jam malamnya adalah jam 9, bukan jam 12. Ckck.
Masih ingat kisah ‘Bukan Putri Salju dan 7 Kurcaci’? Ya, ini adalah sekuel dari kisah si Putri Salju. Tapi tenang aja, kali ini kalian beruntung. Kali ini yang dikisahkan adalah salah seorang sahabatnya si Putri, bukan lagi mengenai balada romantika si Putri Salju. Kalau kalian memang sudah baca kisah sebelumnya, tentu kalian tahu kalau Putri punya tujuh sahabat. Nah ini adalah kisah salah satu sahabatnya yang konon suatu saat nanti akan sukses menjadi seorang auditor senior di Kantor Akuntan Publik terkemuka (amin). Mari simak baik-baik, siapkan tisu secukupnya kalau-kalau kalian memang sedang galau karena kantong kering atau kucing kalian belum bisa diajak senyum. Terima kasih untuk segala pihak yang, baik sadar maupun belum sadar, telah memberi inspirasi secara cuma-cuma untuk penulisan kisah ini. Sekali lagi penulis ingatkan bahwa ini adalah fiksi semata, jangan merasa ke-geer-an atau malah tersinggung kalau merasa kisah ini mirip-mirip sama kehidupan pribadi pembaca sekalian, atau bahkan seseorang yang kalian kenal. Jangan lupa, kritik dan saran selalu ditunggu.
Kisah
Putri Salju yang tenar dan tidak suka berbuat onar itu konon punya seorang sahabat. Bukan, namanya bukan Upik Abu. Namanya adalah Cinderella. Ia memang besar di Jepang, sama halnya dengan Putri. Namun, orang tuanya asli dari Indonesia, dan ia lahir di Barat sana, bukan di Timur, makanya namanya pun asing begitu. Kita tidak sedang membahas asal-usul namanya yang aneh dan langka begitu, sayangnya, namun yang akan dibahas di sini adalah kisah mengenai Cinderella dan 7 sepatunya. Jadi, lupakan kisah Cinderella yang kuno di mana ia hanya punya sepasang sepatu, itu pun hasil sihiran sang peri baik hati, dan hilang sebelah pula! Cinderella yang satu ini cukup lebih beruntung dengan pengalamannya sejauh ini bersama tujuh puluh pasang sepatu! Ya, Cinderella punya masalah dengan sepatu sepanjang hidupnya, jadi tak perlu heran bahwa jumlah sepatu yang telah menjadi korban kakinya sejauh ini sudah mencapai 70 pasang sepatu. Satu-satunya kemiripan antara Cinderella yang ini dengan Cinderella masa lampau adalah bahwa keduanya punya jam malam. Bahkan Cinderella yang satu ini lebih malang nasibnya karena jam malamnya adalah jam 9, bukan jam 12. Ckck.
Karena sepatu-sepatunya, jangan heran jika pada akhirnya Cinderella hanya menonton film-film tentang sepatu, seperti Children of Heaven dan Meteor Garden. Lho, serius nih, Meteor Garden? Ya, pecinta Meteor Garden sejati pasti ingat sepenggal dialog dahsyat mengenai sepatu yang muncul di salah satu adegan: “Mei ke ren tou ying kai you yi suang hao xie, ying wei ce suang hao xie, hui tai ni tao cui mei hao te ti fang qu” yang artinya setiap orang wajib memiliki sepasang sepatu yang bagus, karena sepasang sepatu yang bagus itu bisa membawanya ke tempat yang paling indah. Hmm.
Masih gara-gara sepatu-sepatunya, tokoh yang diidolakan Cinderella juga terkait dengan sepatu! Yang pertama adalah Muntazer Al Zaidi, sang pemberani yang telah menimpuk George Bush dengan sepatu miliknya. Yang kedua, David Beckham. Penasaran apa kaitannya David dengan sepatu? Oh, kalian perlu banyak membaca lagi. David pernah ditimpuk dengan sepatu oleh Sir Alex Ferguson, si pelatih paling keren sepanjang masa, setelah kekalahan dari Arsenal di partai Piala FA pada tahun 2003. Hebatnya, Sir Alex menimpuknya dengan kaki, alias menendang sepatu itu, dan ‘jedug’, kena sasaran, luka pun langsung menghiasi jidatnya. Kasihan sekali.
Di antara ketujuh puluh pasang sepatu-sepatu selama hidupnya itu, ada tujuh pasang sepatu yang kisahnya sangat berkesan bagi Cinderella, dan tak kan lekang dimakan waktu meski batas waktu yang ditunggu edCoustic akhirnya pun tiba.
Sepatu pertama adalah sepatu favoritnya saat masih duduk di sekolah dasar. Sepatu ini adalah sepatu kets pertama miliknya setelah yang sebelum-sebelumnya ia selalu dibelikan sepatu-sepatu yang cewek banget. Orang tuanya akhirnya membelikan sepatu kets dengan doa bahwa kali ini sepatunya tahan lama, setelah yang sebelum-sebelumnya Cinderella harus beli sepatu baru tiap dua minggu sekali. Akhirnya sepatu kets ini memang tahan lama. Namun tanpa Cinderella sadari, sepatu inilah ternyata yang telah membuatnya berkali-kali pindah sekolah dasar, hingga pada akhirnya ia berusia 9 tahun di kelas 1 SDnya yang terakhir. Jadi, jangan heran jika Cinderella di-wisuda pada usia 23 tahun meskipun ia menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Sepatu kets itu menyebabkan Cinderella jatuh saat bermain sepeda karena talinya tersangkut di rantai sepada. Jatuhnya fatal, Cinderella harus berobat kesana kemari tuk mengobati tulang belakangnya yang akhirnya bengkok. Urusan sekolahnya pun terbengkalai dan ia harus pindah dari desa di Osaka ke Tokyo demi fasilitas pengobatan yang lebih baik. Akhirnya begitu tahun ajaran baru dimulai kembali, sekolah barunya di Tokyo menolak memasukkan Cinderella ke kelas dua dengan alasan level pendidikan di Osaka tidak setara dengan di Tokyo. Lagipula, Cinderella tidak pernah menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya di Osaka, hingga rapot kelas satunya tidak sempurna. Jadilah Cinderella kembali berkelas satu.
Musibah dari sepatu kets itu tidak berhenti di situ saja. Saat bermain ke rumah kakek-neneknya di Osaka, kakeknya tidak sengaja menginjak tali sepatu kets milik Cinderella. Lagi-lagi, akibatnya jatuh yang fatal. Kakeknya lumpuh, dan orang tua Cinderella yang merasa bersalah pun dengan ikhlas memutuskan merawat kakeknya di Tokyo. Jadilah Cinderella sekeluarga kembali boyongan ke Osaka. Lagi-lagi kembali, waktunya tidak tepat, Cinderella tidak sempat menyelesaikan kelas satunya di Tokyo. Ia kembali berkelas satu di SDnya yang ketiga, kali ini di Osaka kembali.
Sepatu kedua adalah sepatunya di SMA. Warnanya merah, modelnya feminim, bukan kets, namun salahnya malah dipakai untuk bermain sepak bola. Ya, Cinderella memang hobi bermain sepakbola bersama kawan-kawan perempuannya di SMA. Ia memang tidak sejago David Beckham, idolanya, dan biasanya ia juga cuma bermain sebagai penjaga gawang dan selalu penasaran mengapa ia tidak pernah bisa menendang bola melambung. Bola yang ditendangnya selalu meluncur datar di permukaan. Nah, akhirnya pada suatu pertandingan, di saat hasilnya harus ditentukan melalui adu penalti, Cinderella yang bermain sebagai kiper terpaksa turut serta dalam adu penalti. Yes, akhirnya ia bisa menendang bola melambung, melewati kiper lawan, dan menjebol gawang! Gol! Namun, sepatunya ikut melayang, dan gak tanggung-tanggung solnya ikut melayang. Goodbye, sepatu!
Mari lanjut ke sepatu ketiga. Sepatu ini sebenarnya modelnya biasa-biasa saja, bukan termasuk model yang disenangi Cinderella. Namun kisah sepatu ini cukup fantastis. Jadi begini, di masa kuliah, Cinderella senang melepas sepatunya begitu duduk di kursi di kelas. Jadilah ia korban keisengan kawan-kawannya. Begitu pelajaran usai, ia sering kali kebingungan mencari sepatunya. Nah, suatu ketika, temannya yang iseng itu menendang sepatunya ke arah yang salah, bukan ke belakang atau ke samping tapi justru ke depan, ke meja dosen! Cinderella pun kena marah sang dosen. Nilai UTSnya pun jeblok sekali, 34, tanpa bisa djelaskan apa salah dari jawabannya. Rekor terburuk sepanjang catatan sejarah Cinderella.
Well, lanjut. Sepatu keempat adalah sepatu paling favoritnya. Warnanya kuning-pink kotak-kotak. Konon saking favoritnya, Cinderella memotret sepatu itu di kala masih baru sekali, karena tak yakin sepatu itu akan tahan lama, meskipun ia membelinya dari toko langganan di mana dua sepatunya yang sebelumnya berhasil bertahan lebih dari setengah tahun. Namun, Cinderella kini termakan kesombongannya. Boleh saja ia unjuk kebolehan berjalan di atas genangan air dengan tenang karena sol sepatu itu memang tebal sehingga air tak menembus ke kaos kakinya, namun tetap saja Allah punya segala cara untuk menyadarkan hambaNya bahwa yang berhak sombong itu hanyalah Allah SWT semata. Akhirnya sepatu itu hanya bertahan dua minggu. Hancur telak terendam kehujanan karena Cinderella lupa menyimpannya di tempat teduh saat sholat di Masjid.
Sepatu kelima berwarna merah dengan corak polkadot putih. Ini adalah satu dari sedikit sepatunya yang berhasil bertahan lebih dari enam bulan. Ya, sepatu ini dibeli dari Toko Langganan, sebut saja begitu. Sepatu ini menjadi favorit Cinderella juga meski tak ada kisah istmewa yang menyertainya. Yang Cinderella ingat adalah bahwa sepatu ini setia menemaninya di masa-masa tenaga, pikiran, dan bahkan air mata terkuras mengerjakan final project paper berbahasa Inggris di kampusnya di Tokyo. Namun, perjuangannya berakhir manis karena mempertemukannya dengan dosen paling oke se-Tokyo, yang mengajarkannya banyak hal, mulai dari Bahasa Inggris sampai soal Makanan. Dan hal ini membuat Cinderella penasaran, akankah ada sepatu yang mempertemukannya dengan jodohnya? Kita tunggu saja kisah Cinderella selanjutnya.
Sepatu keenam adalah sepatu berwarna hitam dengan detil yang dirahasiakan, maaf. Sepatu ini juga termasuk sepatu Cinderella yang paling tahan lama. Namun, ada rahasia terselubung dibalik keawetan sepatu itu. Jadi, begini, Cinderella gonta-ganti sepatu sebanyak tiga kali dalam sebulan sebelum memiliki sepatu hitam itu. Bisa terbayang betapa muaknya ia saat itu. So, begitu akhirnya berhasil mendapatkan sepatu hitam dari Toko Langganan (akhirnya ia ada waktu untuk pergi ke Toko itu), Cinderella memutuskan untuk sekalian saja tidak usah mencucinya tiap akhir pekan, supaya awet. Jadilah sepatu itu awet dan selalu terlihat bersih karena warnanya memang hitam. Sampai sekarang sepatu itu belum mengalami cacat apapun, dan belum pernah dicuci. Ia tergantikan hanya karena Cinderella akhirnya punya sepatu baru yang lebih bagus modelnya. Ckck.
Nah, sepatu terakhir adalah sepatu bersejarah, karena menemaninya saat sidang skripsi yang akhirnya tiba setelah penantian yang begitu lama dan penuh derita. Namun amat malang nasih sepatu terakhir ini. Pada suatu saat Cinderella pulang diiringi gerimis bersama hati yang sedang gerimis juga, dan sepatunya berkali-kali terpaksa menginjak genangan air. Namun Cinderella tetap memakainya untuk beraktivitas pada esok harinya. Pada saat pulang Cinderella merasa ketidakwajaran pada sebelah sepatunya. Solnya bergerak-gerak. Ampun. Sudah mau tamat sepertinya, padahal usianya baru dua minggu. Jadilah Cinderella berjalan sambil menyeret-nyeret kaki sampai ke rumah. Esoknya, sepatunya itu dibawa ke abang sol sepatu yang baik dan pintar.
Pelajaran
Sepatu itu merupakan karunia Allah SWT. Rawatlah ia baik-baik, niscaya ia akan membawa kebaikan bagimu. Jangan dipakai untuk menimpuk kucingmu yang cukup menyebalkan karena masih saja tidak bisa tersenyum. Karena kucingmu tidak bisa pindah ke Real Madrid seperti yang dilakukan David Beckham usai ditimpuk oleh Sir Alex.
Masih gara-gara sepatu-sepatunya, tokoh yang diidolakan Cinderella juga terkait dengan sepatu! Yang pertama adalah Muntazer Al Zaidi, sang pemberani yang telah menimpuk George Bush dengan sepatu miliknya. Yang kedua, David Beckham. Penasaran apa kaitannya David dengan sepatu? Oh, kalian perlu banyak membaca lagi. David pernah ditimpuk dengan sepatu oleh Sir Alex Ferguson, si pelatih paling keren sepanjang masa, setelah kekalahan dari Arsenal di partai Piala FA pada tahun 2003. Hebatnya, Sir Alex menimpuknya dengan kaki, alias menendang sepatu itu, dan ‘jedug’, kena sasaran, luka pun langsung menghiasi jidatnya. Kasihan sekali.
Di antara ketujuh puluh pasang sepatu-sepatu selama hidupnya itu, ada tujuh pasang sepatu yang kisahnya sangat berkesan bagi Cinderella, dan tak kan lekang dimakan waktu meski batas waktu yang ditunggu edCoustic akhirnya pun tiba.
Sepatu pertama adalah sepatu favoritnya saat masih duduk di sekolah dasar. Sepatu ini adalah sepatu kets pertama miliknya setelah yang sebelum-sebelumnya ia selalu dibelikan sepatu-sepatu yang cewek banget. Orang tuanya akhirnya membelikan sepatu kets dengan doa bahwa kali ini sepatunya tahan lama, setelah yang sebelum-sebelumnya Cinderella harus beli sepatu baru tiap dua minggu sekali. Akhirnya sepatu kets ini memang tahan lama. Namun tanpa Cinderella sadari, sepatu inilah ternyata yang telah membuatnya berkali-kali pindah sekolah dasar, hingga pada akhirnya ia berusia 9 tahun di kelas 1 SDnya yang terakhir. Jadi, jangan heran jika Cinderella di-wisuda pada usia 23 tahun meskipun ia menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Sepatu kets itu menyebabkan Cinderella jatuh saat bermain sepeda karena talinya tersangkut di rantai sepada. Jatuhnya fatal, Cinderella harus berobat kesana kemari tuk mengobati tulang belakangnya yang akhirnya bengkok. Urusan sekolahnya pun terbengkalai dan ia harus pindah dari desa di Osaka ke Tokyo demi fasilitas pengobatan yang lebih baik. Akhirnya begitu tahun ajaran baru dimulai kembali, sekolah barunya di Tokyo menolak memasukkan Cinderella ke kelas dua dengan alasan level pendidikan di Osaka tidak setara dengan di Tokyo. Lagipula, Cinderella tidak pernah menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya di Osaka, hingga rapot kelas satunya tidak sempurna. Jadilah Cinderella kembali berkelas satu.
Musibah dari sepatu kets itu tidak berhenti di situ saja. Saat bermain ke rumah kakek-neneknya di Osaka, kakeknya tidak sengaja menginjak tali sepatu kets milik Cinderella. Lagi-lagi, akibatnya jatuh yang fatal. Kakeknya lumpuh, dan orang tua Cinderella yang merasa bersalah pun dengan ikhlas memutuskan merawat kakeknya di Tokyo. Jadilah Cinderella sekeluarga kembali boyongan ke Osaka. Lagi-lagi kembali, waktunya tidak tepat, Cinderella tidak sempat menyelesaikan kelas satunya di Tokyo. Ia kembali berkelas satu di SDnya yang ketiga, kali ini di Osaka kembali.
Sepatu kedua adalah sepatunya di SMA. Warnanya merah, modelnya feminim, bukan kets, namun salahnya malah dipakai untuk bermain sepak bola. Ya, Cinderella memang hobi bermain sepakbola bersama kawan-kawan perempuannya di SMA. Ia memang tidak sejago David Beckham, idolanya, dan biasanya ia juga cuma bermain sebagai penjaga gawang dan selalu penasaran mengapa ia tidak pernah bisa menendang bola melambung. Bola yang ditendangnya selalu meluncur datar di permukaan. Nah, akhirnya pada suatu pertandingan, di saat hasilnya harus ditentukan melalui adu penalti, Cinderella yang bermain sebagai kiper terpaksa turut serta dalam adu penalti. Yes, akhirnya ia bisa menendang bola melambung, melewati kiper lawan, dan menjebol gawang! Gol! Namun, sepatunya ikut melayang, dan gak tanggung-tanggung solnya ikut melayang. Goodbye, sepatu!
Mari lanjut ke sepatu ketiga. Sepatu ini sebenarnya modelnya biasa-biasa saja, bukan termasuk model yang disenangi Cinderella. Namun kisah sepatu ini cukup fantastis. Jadi begini, di masa kuliah, Cinderella senang melepas sepatunya begitu duduk di kursi di kelas. Jadilah ia korban keisengan kawan-kawannya. Begitu pelajaran usai, ia sering kali kebingungan mencari sepatunya. Nah, suatu ketika, temannya yang iseng itu menendang sepatunya ke arah yang salah, bukan ke belakang atau ke samping tapi justru ke depan, ke meja dosen! Cinderella pun kena marah sang dosen. Nilai UTSnya pun jeblok sekali, 34, tanpa bisa djelaskan apa salah dari jawabannya. Rekor terburuk sepanjang catatan sejarah Cinderella.
Well, lanjut. Sepatu keempat adalah sepatu paling favoritnya. Warnanya kuning-pink kotak-kotak. Konon saking favoritnya, Cinderella memotret sepatu itu di kala masih baru sekali, karena tak yakin sepatu itu akan tahan lama, meskipun ia membelinya dari toko langganan di mana dua sepatunya yang sebelumnya berhasil bertahan lebih dari setengah tahun. Namun, Cinderella kini termakan kesombongannya. Boleh saja ia unjuk kebolehan berjalan di atas genangan air dengan tenang karena sol sepatu itu memang tebal sehingga air tak menembus ke kaos kakinya, namun tetap saja Allah punya segala cara untuk menyadarkan hambaNya bahwa yang berhak sombong itu hanyalah Allah SWT semata. Akhirnya sepatu itu hanya bertahan dua minggu. Hancur telak terendam kehujanan karena Cinderella lupa menyimpannya di tempat teduh saat sholat di Masjid.
Sepatu kelima berwarna merah dengan corak polkadot putih. Ini adalah satu dari sedikit sepatunya yang berhasil bertahan lebih dari enam bulan. Ya, sepatu ini dibeli dari Toko Langganan, sebut saja begitu. Sepatu ini menjadi favorit Cinderella juga meski tak ada kisah istmewa yang menyertainya. Yang Cinderella ingat adalah bahwa sepatu ini setia menemaninya di masa-masa tenaga, pikiran, dan bahkan air mata terkuras mengerjakan final project paper berbahasa Inggris di kampusnya di Tokyo. Namun, perjuangannya berakhir manis karena mempertemukannya dengan dosen paling oke se-Tokyo, yang mengajarkannya banyak hal, mulai dari Bahasa Inggris sampai soal Makanan. Dan hal ini membuat Cinderella penasaran, akankah ada sepatu yang mempertemukannya dengan jodohnya? Kita tunggu saja kisah Cinderella selanjutnya.
Sepatu keenam adalah sepatu berwarna hitam dengan detil yang dirahasiakan, maaf. Sepatu ini juga termasuk sepatu Cinderella yang paling tahan lama. Namun, ada rahasia terselubung dibalik keawetan sepatu itu. Jadi, begini, Cinderella gonta-ganti sepatu sebanyak tiga kali dalam sebulan sebelum memiliki sepatu hitam itu. Bisa terbayang betapa muaknya ia saat itu. So, begitu akhirnya berhasil mendapatkan sepatu hitam dari Toko Langganan (akhirnya ia ada waktu untuk pergi ke Toko itu), Cinderella memutuskan untuk sekalian saja tidak usah mencucinya tiap akhir pekan, supaya awet. Jadilah sepatu itu awet dan selalu terlihat bersih karena warnanya memang hitam. Sampai sekarang sepatu itu belum mengalami cacat apapun, dan belum pernah dicuci. Ia tergantikan hanya karena Cinderella akhirnya punya sepatu baru yang lebih bagus modelnya. Ckck.
Nah, sepatu terakhir adalah sepatu bersejarah, karena menemaninya saat sidang skripsi yang akhirnya tiba setelah penantian yang begitu lama dan penuh derita. Namun amat malang nasih sepatu terakhir ini. Pada suatu saat Cinderella pulang diiringi gerimis bersama hati yang sedang gerimis juga, dan sepatunya berkali-kali terpaksa menginjak genangan air. Namun Cinderella tetap memakainya untuk beraktivitas pada esok harinya. Pada saat pulang Cinderella merasa ketidakwajaran pada sebelah sepatunya. Solnya bergerak-gerak. Ampun. Sudah mau tamat sepertinya, padahal usianya baru dua minggu. Jadilah Cinderella berjalan sambil menyeret-nyeret kaki sampai ke rumah. Esoknya, sepatunya itu dibawa ke abang sol sepatu yang baik dan pintar.
Pelajaran
Sepatu itu merupakan karunia Allah SWT. Rawatlah ia baik-baik, niscaya ia akan membawa kebaikan bagimu. Jangan dipakai untuk menimpuk kucingmu yang cukup menyebalkan karena masih saja tidak bisa tersenyum. Karena kucingmu tidak bisa pindah ke Real Madrid seperti yang dilakukan David Beckham usai ditimpuk oleh Sir Alex.